Minggu, 11 November 2018

Review Bohemian Rhapsody

Sumber: time.com
Assalamualaikum,
Halo halo lama tak jumpa!

Mulai sekarang aku mau bikin konten review yg sebelumnya aku ga pernah buat. Bisa film, buku, dll. Untuk pertama, aku akan review film Bohemian Rhapsody yg masih anget di ingatan karena baru nonton kemaren. 

Roger Taylor: ...who even is Galileo? 
Latar Belakang Film
Judul: Bohemian Rhapsody
Sutradara: Bryan Singer (fired) dan Dexter Fletcher
Penulis: Anthony Mc Carten dan Peter Morgan
Pemain: Rami Malek, Lucy Boynton, Gwilym Lee, dll
Durasi: 2 jam 14 menit
Rumah Produksi: GK Films, New Regency Pictures, Queen Film Ltd
Waktu Rilis: 2 November 2018
Sinopsis: Berkisah tentang kehidupan Freddie Mercury dari awal terbentuknya Queen, proses terciptanya lagu-lagu hits mereka, dan puncaknya konser legendari Live Aid

Kamis, 28 Juni 2018

Tentang Rasa Ayam Itu

Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat makan!
Eh, 
Selamat malam semua~

Kemarin aku ke sebuah mall dengan tujuan utama untuk nemenin mama beli jersey. Nggak kok, mama bukan orang yang ngikutin pertandingan bola banget sebetulnya. Ceritanya di kantornya pake tema piala dunia buat perpisahan hari jumat besok. Dan guess what team she got? Manchester city. "Harusnya kan tim negaraaa bukan klub" kataku. Pembelaannya adalah warna jersey tim negara-negara gaada yang bagus... Hanif juga protes ke mama karena MC itu lawan bebuyutan klub favoritnya, MU.

Jumat, 06 April 2018

Romanticizing Pain

Assalamualaikum, gengs.

Hari senin kemaren, aku baru aja deep sharing bersama teman-teman satu departemen di HMIK. Buat yang belum tau deep sharing itu apa, itu adalah salah satu agenda wajib yang bertujuan untuk lebih mengenal temen kita di satu departemen. Rahasia, masalah, dan masa lalu bakal diungkapkan buttt sesuai yang dikehendaki orang tersebut aja. Ga wajib ngungkapin rahasia yang deepest dan darkest kita punya. Yang penting selesai deep sharing kita jadi lebih sreg dan ga awkward sama temen satu departemen yang aslinya bukan temen sepermainan kita. Of course, sekalian bisa bantu mereka kalo ada masalah dan memang butuh bantuan.

Karena deep sharing diadakannya malem sambil nginep, jadi mungkin orang lebih santai untuk jujur dan terbuka dalam hal-hal pribadi. Salah satu fakta menyebutkan kalau orang yang lelah secara fisik akan lebih jujur. Jadi timing nya yang malem kayaknya emang sengaja deh.

Yang menarik kemaren adalah banyak yang ngomongin tentang pain dan numbness. Ga banyak juga sih, bisa dibilang highlight dari deep sharing. At least for me. Semua orang pasti punya versinya masing-masing kapan dan kayak apa titik terendah dalam hidupnya. Dan itu deals with pain mostly. Aku gabakal cerita pain yang kayak gimana tuch dan segala detailnya karena hal-hal di deep sharing sifatnya confidential. Pembicaraan deep sharing ini masih nempel di otak dan aku puter-puter selama seminggu ini. Pokoknya jadi ga fokus ngampus karena kepikiran terus.

Tadi, pas baru bangun tidur, tiba-tiba terpikir tentang topik pain dan numbness ini. Kemaren pas dibahas, aku ga bisa respon macem-macem karena belum kepikiran dan emang udah ngantuk. Jadi menurutku begini...

Pain itu sebetulnya essential bagi diri kita. Kalo minjem quotes John Green,
"That's the thing about pain. It demands to be felt."
Rasa sakit itu ada untuk mengingatkan kita kalo ada something wrong di tubuh kita. Misal kita kebeset pisau, kalau ada pain, pasti kita langsung cari obat dan kain untuk mengobati lukanya. Bayangkan kalo gaada pain. Kebeset pisau, terus berdarah-darah ga terasa. Darahnya terus mengucur sampai kita kehabisan darah dan meninggal. Atau versi lebih mendingnya, darahnya berhenti, kita ga meninggal, tapi ga diobatin karena ga terasa dan yang ada malah jadi busuk dan borokan.

Menurutku, painless can lead to things that worse than the pain itself. Rasanya memang enak kalau ga merasakan pain. Gaada hal yang men-distract kita, atau menghalangi kita untuk merasa utuh dan bahagia. Tapi dilihat dari jangka panjangnya, itu malah bisa berakibat lebih buruk.

Banyak orang yang menganggap pain itu hal yang lumrah dan akhirnya menjalin hubungan love and hate dengannya. Kadang saat sedang fase love, pain bisa jadi sumber inspirasi berkarya. Saat fase hate, orang bakal drown themselves agar jadi numb atau painless. Aku ga bilang kalau terinspirasi dari pain itu salah atau mencari distraksi itu ga benar. (Selama distraksinya ga menghancurkan dirimu). Tapi kita harus ingat kalo pain itu sebenarnya hanya signal kayak sirine yang dibunyiin titanic atau mobil ambulans. Dia ga seharusnya bertahan selamanya apalagi dipelihara. Dia cuma bertugas ngasih tanda. Selebihnya kita yang harus take action.

Orang yang ingin menjadi numb dari rasa sakit, mungkin dia ga bener-bener ingin numb. It can be translated as "I wanna heal but i don't know how." Kalo dia mengungkapkan ke depan muka orang lain, artinya "I wanna heal but i don't know how. I need help."

Untuk sembuh dari pain itu sendiri, tentunya kita butuh obat. Tapi misalkan kita merasa sakit, di samping kita ada a big rack full of different kind of vaccines, pills, IV, obat sirup dan puyer, tapi kita ga tau kita sakit apa, sama aja sia-sia. Jadi sebelum mengobati, harus tau dulu sumber sakitnya apa dan di mana. Baru bisa ditentukan diobatinya harus pakai cara apa. Numbness itu BUKAN obatnya pain. Itu cuma cara kita menekan pain, have a sense of control, dan experiencing pain in a different way.

Mungkin itulah apa yang aku tangkap seputar pain dan numbness. Awalnya aku mikir orang lain sangat meromantisasi pain sampe ada yang hurt themselves untuk sekadar ngerasain pain karena udah kelamaan (memaksa dirinya untuk) numb. Tapi setelah itu, aku mikir, jangan-jangan aku yang menganggap pain itu significant yang malah meromantisasi rasa sakit. Atau bisa jadi pain itu diciptakan dengan makna dan tujuan yang berbeda, dan mungkin jauh lebih sederhana, dan kita semua hanya meromantisasikannya menurut apa yang kita telah rasakan dan percaya.

Wallahua'lam.
 

Selasa, 23 Januari 2018

Cincin

Pertama kali aku menginginkan cincin adalah saat menonton sebuah acara talk show yang menghadirkan salah satu member girlband Korea. Cara tangannya menutup wajahnya karena tertawa malu terlihat begitu elegan. Pada saat itu perhatianku langsung tertuju pada cincin manis yang ada di jari telunjuk kedua tangannya.

Warnanya perak tanpa ornamen apapun, namun terlihat berkilau dan memberi kesan muda. Ditambah jari-jarinya pun cantik dan lentik. Cincin jenis apapun yang ia pakai tentunya akan terlihat indah, tetapi aku jatuh cinta dengan cincin yang sedang dipakainya. Aku bertanya-tanya apakah mama mau membelikannya untukku.

Sabtu, 18 November 2017

Review Roti Sharon #1: Japanese Ring Cake Chocolate


Assalamualaikum gengs!

Sejak jadi anak kuliahan, makananku jadi sangat limited. Pilihannya maksudnya. Sebenernya bukan limited karena faktor lingkungan (di kukel banyak beud tukang jualan) dan faktor ekonomi (alhamdulillah dapet uang bulanan dari ortu sudah cukup memadai). Tapi karena faktor males dan capek yang sebetulnya hanya akal bulus semata. Kalo mau jalan, dan aku bawa motor juga, bisa aja makan macem-macem. But, kalo udah masuk ke kamar kos tuh udah males keluar lagi. Darah adventurer dan risk taker dalam tubuhku yang kurang mendominasi ini bikin gamau coba aneh-aneh apalagi sendirian. Kalo ada temennya baru mau. Hehe. ((temenin aku dong makanya))

Selasa, 26 September 2017

Perpusnya FISIP UI

Assalamualaikum guys!

Hei hei hei
Tau ga??
(Ngga)
Ini post pertamaku di blog sejak resmi jadi mahasiswi! Yuhuuuu:)))))
Biarkan aku senang sejenak dalam pembukaan post ini yea.

Oke.
Jadi ya, para pembaca kalo emang ada yang baca, hari ini aku ke perpusnya FISIP yang bernama MBRC (Miriam Budiarjo Resource Center). ((Btw Miriam Budiarjo kan yang nulis buku pengantar ilmu politik. Bener2 baru sadar akan coincidence ini beberapa detik yang lalu.))  

Sumber

Senin, 05 Desember 2016

The Missing Face Cleanser (dan Hikmahnya)

A couple days ago i was searching for my face cleanser. It was usually placed on the sink. I couldn't find it anywhere. There was a little remaining inside. So, i thought mom had thrown and replaced it. Then, i just washed my face with the new one. 

The next day, when i squatted in the bathroom (you can guess it right away huh), i saw the old cleanser. It was under the sink and covered by the bucket. That was why i couldn't see it. I just remembered i shoved it unintentionally a couple days before. I put it back to the sink.

Somehow, it made me think that sometimes it is okay to be on the under or the bottom. Like that old cleanser. It's also inevitable. However, don't let it covered our positivity, genuinity, and purpose in life. Don't let the surrounding affects us because it is indeed hard to live outside the comfort zone. We don't know when it will come and pass by. Just live the way it is, don't complain too much, and be grateful. It could be one way to clense our heart.

Maybe, one day, Allah will see us and say "Well, let's put him back to the top. He doesn't belong here."