
Setelah sembilan tahun menjadi siswi di SDIT dan SMPIT Thariq Bin Ziyad, saya sempat bertanya-tanya siapa sih si Thariq ini sampe jadi nama sekolah. Akhirnya saya mendapatkan jawabannya dan beginilah kisah singkatnya:
Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin
Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf,
suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar
tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela
diri.
Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum
yang luas. Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan
keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol
(Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan
Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa
Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim.
Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah
keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa
wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara
seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup
pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok
masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang
tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan
budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan.
Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan
Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak,
keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan
beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya
Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi.
Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin
membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan
400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat
antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu
Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah
pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di
malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang
menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa
kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan
Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang.
Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair
untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad
membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.
Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya
menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol,
ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan
nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia
memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau
kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.
Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata,
“Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan:
menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”
Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad
Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan,
kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut
dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat
ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.
Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang
lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah
pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan
perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan
mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah
sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka
lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.
Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan
negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad
bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka
bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya
di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah satu modal utama
perjuangan kita.
Kita harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah
membulatkan tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa.
Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian
juga memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian
telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.
Percayalah, sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama
kalian. Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian.
Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya
bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya
mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan
mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian,
negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”
Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick
mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung
pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan
5.000 orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang.
Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan
bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak
terdesak. Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia
menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi
hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan
akan dihentikan.
Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik
diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick
kacau. Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan
tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai
Barbate.
Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol.
Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut
gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan
seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair
bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil
menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi
pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa
sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua
ditaklukkan tanpa perlawanan.
Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya
bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah
Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil
dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti
namanya dengan Al-Gharb (Barat).
Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair
dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk
menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun
yang bisa menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq
pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di
Spanyol.
Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah
swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad
telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara
muslim yang menaklukkan daratan Eropa.
Referensi: http://rijal28.wordpress.com/2008/09/28/thariq-bin-ziyad-sang-penakluk-spanyol/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar